Kamis, 04 September 2014

Mau pacaran Tanpa Modal Taman kota di jadikan sasaran

Pekanbarusatu.com-Ada beberapa titik lokasi pacaran para remaja dan orang dewasa yang ada di Kota Pekanbaru, Riau. Biasanya, mereka lebih banyak mencari di tengah gelap sambil merayap-rayap dan akhirnya tertangkap. Nah, kurangnya fasilitas penerang di sepanjang jalan dan Taman Kota, menjadi pemicu aksi berjamaah para 'penikmat gelap ini'.
Pemerintah Kota Pekanbaru mengemas daerah dengan berbagai paket tempat rekreasi dan taman. Ini dilakukan untuk mempercantik kota. Masyarakat juga disuguhi dengan fasilitas kenyamanan dan keamanan. Dengan paket tersebut, maka Kota Pekanbaru acap mendapat pelbagai penghargaan kota terbersih dan indah dari pemerintah pusat. Bahkan Kota Pekanbaru berhasil mendulang Piala Adipura sebanyak 10 kali, berturut-turut serta beberapa penghargaan lain. Hasilnya, kota bertuah ini mampu menjelma bak seorang gadis cantik yang pandai berhias dan menarik bagi semua warga kota lain untuk bertandang.
Namun, dibalik keindahan dari fasilitas yang disajikan itu ternyata banyak dimanfaatkan warga sebagai ajang maksiat alias esek-esek. Khususnya dilakukan oleh bagi kawula muda. "Taman bacaan dan taman yang sudah di fasilitasi pemerintah ini jangan dijadikan tempat pacaran. Tapi, jadikan sesuai dengan fungsinya,” kata Herman Abdullah, mantan Walikota Pekanbaru, saat menjadi walikota ketika meresmikan Taman Bacaan di Pekanbaru, beberapa waktu lalu.
Ada beberapa titik lokasi di Pekanbaru yang terbilang ‘sedap’ bagi penikmat pacaran di tengah gelap gulita. Sebut saja, di lokasi belakang dan samping dari kantor Walikota, Stadion Rumbai, Kawasan Taman Kota, dan hutan kota di Jalan Diponegoro, Jembatan Baru Gobah di Sungai Batak, kawasan Kampus, taman rekreasi umum, dan jembatan Siak II, serta masih ada beberapa tempat umum lainnya, yang redaksi Metro Riau nilai masih batas wajar. 
 
Ajang Mesum
Di Kawasan perkantoran walikota Pekanbaru, misalnya. Ada dua titik lokasi ini berbeda. Satu titik berada di belakang kantor, sering dimanfaatkan muda-mudi dengan kendaraan roda dua. Lokasi ini terbilang asyik karena sepanjang Jalan Cut Nyak Dien ini tak bercahaya alias gelap gulita. Plus dengan kondisi parit yang acap kering, menjadi sasaran 'empuk' untuk berbuat tidak senonoh alias melakukan esek-esek. 
Sebut saja, yang mengaku nama Frans, duduk berduaan dengan sang kekasih di balik kereta kuda besi yang terparkir tegak di antara dua pohon yang rendah. Ketika menjambanginya, lelaki berpostur besar ini terkejut. Ia langsung berdiri, sedangkan teman partner-nya, duduk diam sembari menutup parasnya, yang emang tak jelas dalam gelap.
Sepertinya gadis itu lagi berkemas-kemas cepat dengan dua lengannya yang tersembunyi dibalik pakaian putih. Si cowok awalnya mau marah. Tetapi, karena redaksi memang berambut botak dan cepak, ia jadi membisu. Ketika ditanya, Frans mengaku tinggal di daerah kantor walikota. Setelah dibawa ngobrol, Frans menyadari kekhilafannya.  Tapi, pelajar yang masih duduk dibangku sekolah tingkat pertama ini, mengaku lokasi ini selalu dipakainya sebagai tempat curhat dengan kekasihnya.
Wawan, anggota Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Kota Pekanbaru, mengaku areal sepanjang Jalan Cut Nyak Dien, ini selalu menjadi tempat para remaja berbuat mesum. Katanya, selain lokasinya gelap, juga banyaknya penghijauan yang melindungi postur tubuh para sejali itu. Kadang yang terlihat hanya kendaraannya saja. Pemiliknya bersembunyi di dalam got kering yang terbilang besar untuk ukuran dua remaja. 
Bahkan kata kata pria berbadan besar ini selalu menangkap aksi yang dilakukan dua sejoli di belakang kantornya. Biasanya, mereka melakukan penangkapan bila melewati batas ambang. Baik itu berbuat “esek-esek, maupun melebihi pukul sepuluh malam. "Apalagi malam Minggu, di sepanjang Jalan Cut Nyak Dien ini acap terlihat kendaraan roda dua parkir.  Tapi pemiliknya tidak terlihat," aku Wawan.
Nah, ketika jam malam sudah lewat, Wawan dan rekan-rekannya, tak segan-segan menangkap aksi dua sejoli. Kata pria yang tinggal di daerah Tanjung Rhu ini, bila sudah ketangkap, malam itu juga kedua orangtua mereka dipanggil.
“Biasanya, kalau kedua sejoli tertangkap, orangtua mereka kami panggil. Dan, tahulah apa yang terjadi. Tentu malu dan aib bagi keluarga,” terangnya.
 
Areal Dua Pejantan Tangguh
Karena lokasi sekitar perkantoran walikota, banyak titik-titik yang menarik, maka ada titik kedua, berada di samping perkantoran walikota dengan Dinas Perkebunan Pekanbaru. Tapi, meski jalan ini terbilang pendek, namun menjadikan “lahan seger” untuk melakukan nikmat sesaat. Uniknya, lokasi  ini khusus diciptakan sebagai ajang pertemuan dua sejoli laki-laki versus pejantan.
Ya, disebut homoseksual lah. Alasan kawasan ini dijadikan sebagai lahan dua bujang lapuk itu, karena  lokasinya terbilang  romantis. Dua sisi jalan diteduhi  dengan rindang pohon akasia yang sudah berumur belasan tahun.
Hasil pantauan tim Satpol PP Pekanbaru, mengakui areal itu dijadikan pertemuan dua kaum sejenis. Pengakuan Alfi, anggota Satpol PP, mereka acap duduk di atas trotoar, di balik sebatang pohon. Biasanya, wajah mereka tidak menghadap ke jalan. Ketika, diselidiki ternyata benar, mereka dua pejantan tangguh, yang asyik indehoi. Aksi yang terlihat itu, kata Alfis, tidak bisa berbuat banyak.
“Ya, areal ini sepertinya khusus untuk dua pejantan tangguh. Kami tak bisa berbuat banyak, karena sulit, mereka dua-duanya laki-laki,” terang Alfis.
Belum lagi nikmatnya sore ketika menjemput malam, terjadi saban hari di kawasan stadion Rumbai Pesisir. Di bawah naungan pohon akasia yang rindang, remaja yang berumur belasan tahun mendominasi jumlahnya ketimbang orang dewasa. Lokasi ini menjadi dianggap “empuk” karena dianggap kurangnya pihak keamanan yang melintasi kawasan ini.
"Kami memilih di kawasan Stadion Rumbai, ini karena tenang dan nyaman, tak ada yang ganggu. Satpol PP pun jarang terlihat di sini,” terang pelajar yang mengaku bernama Doni.
Aku Doni lagi, bukan saja pelajar yang asyik nongkrong di kawasan ini. Tetapi, ia juga pernah bertemu dengan teman abangnya yang kuliah di Rumbai. "Ketahuannya, karena kendaraan teman abang saya itu parkir di bawah pohon. Saya kan hapal betul kendaraan yang digunakannya,” katanya.
Di kawasan jembatan baru Gobah, lain lagi ceritanya. Areal yang dulunya terbilang rawan rampok ini justru sekarang sebagai lahan nyaman dan tenang. Tak tanggung-tanggung, malam hari, selalu ramai oleh remaja dan dewasa, sekedar singgah sejenak dengan istilah “Limbar”, yaitu lima belas menit bubar. Lokasi gelap gulita, membuat “para penikmat seni kelam” ini kian menjadi-jadi.
Pihak keamanan satpol PP sebenarnya sudah tahu, lokasi ini. Tapi, mereka tak kan bergerak tanpa ada komando dari atasan. “Ya, memang lokasi yang disebut Sungai Batak itu selalu ramai di malam hari, padahal dulunya daerah ini rawan perompok,” kata Jhon, generasi senior di Satpol PP Kota itu.
  
 
Suka di Tempat yang Gelap
Tempat terbuka untuk publik di Kota Pekanbaru ternyata banyak disalahgunakan sebagian pelajar dan remaja sebagai tempat pacaran. Hal ini sontak membuat masyarakat jadi resah. Jangan-jangan anak, adik atau ponokan, pernah ke sana? Kecemasan ini wajar. Pasalnya, berbagai keluhan warga terhadap adanya pelajar dan remaja yang sering mojok dan pacaran di tempat publik itu tak peduli siang atau malam.
"Kita banyak mendapat pengaduan, baik itu keluhan maupan laporan dari masyarakat jika di beberapa titik di Pekanbaru banyak dijadikan sebagai tempat mojok atau pacaran oleh para remaja, mahasiswa maupun orang dewasa,” kata Anas Aismana, Pengurus Lembaga Adat Melayu Riau (LAMR).
Secara tegas dia mengimbau para remaja yang kerap mojok atau pacaran itu harus mendapat teguran tegas dari pihak yang terkait. Untuk itu, lanjutnya, pihak terkait pun agar mengusahakan beberapa lokasi ruang terbuka yang kerap digunakan warga untuk bersantai jangan dibiarkan gelap.
"Beri penerangan, jadi setidaknya orang yang mau berbuat dosa pun bisa berpikir. Lalu perbanyak imbauan di ruang terbuka yang menyerukan larangan berbuat senonoh di muka umum," terangnya dan menambahkan, seharusnya para remaja berdoa dan fokus belajar hadapi Ujian Nasional, bukan berbuat dosa besar dengan tindakan tak senonoh. Di tempat umum saja berani apalagi di tempat sepi," katanya.
Kasus serupa juga masih banyak ditemui beberapa titik lokasi di Pekanbaru. Intinya lokasi itu butuh penerangan. Anehnya, aksi seperti ini terjadi hanya di tempat umum yang gratis. Tapi, bagaimana dengan kawasan dan sarana umum yang membayar. Ya… sama saja, karena adanya pembelaan bagi konsumen dari pihak pengelola. Bila tindakan itu dilakukan beberapa tempat umum yang butuh merogoh kocek, tentu akan menurun pendapatannya. Jadi pilih yang mana? Kita kembalikan ke hati.*

Tidak ada komentar:

Posting Komentar