Pemerintah Kota Pekanbaru mengemas daerah dengan berbagai paket tempat
rekreasi dan taman. Ini dilakukan untuk mempercantik kota. Masyarakat
juga disuguhi dengan fasilitas kenyamanan dan keamanan. Dengan paket
tersebut, maka Kota Pekanbaru acap mendapat pelbagai penghargaan kota
terbersih dan indah dari pemerintah pusat. Bahkan Kota Pekanbaru
berhasil mendulang Piala Adipura sebanyak 10 kali, berturut-turut serta
beberapa penghargaan lain. Hasilnya, kota bertuah ini mampu menjelma bak
seorang gadis cantik yang pandai berhias dan menarik bagi semua warga
kota lain untuk bertandang.
Namun, dibalik keindahan dari fasilitas yang disajikan itu ternyata
banyak dimanfaatkan warga sebagai ajang maksiat alias esek-esek.
Khususnya dilakukan oleh bagi kawula muda. "Taman bacaan dan taman yang
sudah di fasilitasi pemerintah ini jangan dijadikan tempat pacaran.
Tapi, jadikan sesuai dengan fungsinya,” kata Herman Abdullah, mantan
Walikota Pekanbaru, saat menjadi walikota ketika meresmikan Taman Bacaan
di Pekanbaru, beberapa waktu lalu.
Ada beberapa titik lokasi di Pekanbaru yang terbilang ‘sedap’ bagi
penikmat pacaran di tengah gelap gulita. Sebut saja, di lokasi belakang
dan samping dari kantor Walikota, Stadion Rumbai, Kawasan Taman Kota,
dan hutan kota di Jalan Diponegoro, Jembatan Baru Gobah di Sungai Batak,
kawasan Kampus, taman rekreasi umum, dan jembatan Siak II, serta masih
ada beberapa tempat umum lainnya, yang redaksi Metro Riau nilai masih
batas wajar.
Ajang Mesum
Di Kawasan perkantoran walikota Pekanbaru, misalnya. Ada dua titik
lokasi ini berbeda. Satu titik berada di belakang kantor, sering
dimanfaatkan muda-mudi dengan kendaraan roda dua. Lokasi ini terbilang
asyik karena sepanjang Jalan Cut Nyak Dien ini tak bercahaya alias gelap
gulita. Plus dengan kondisi parit yang acap kering, menjadi sasaran
'empuk' untuk berbuat tidak senonoh alias melakukan esek-esek.
Sebut saja, yang mengaku nama Frans, duduk berduaan dengan sang kekasih
di balik kereta kuda besi yang terparkir tegak di antara dua pohon yang
rendah. Ketika menjambanginya, lelaki berpostur besar ini terkejut. Ia
langsung berdiri, sedangkan teman partner-nya, duduk diam sembari
menutup parasnya, yang emang tak jelas dalam gelap.
Sepertinya gadis itu lagi berkemas-kemas cepat dengan dua lengannya yang
tersembunyi dibalik pakaian putih. Si cowok awalnya mau marah. Tetapi,
karena redaksi memang berambut botak dan cepak, ia jadi membisu. Ketika
ditanya, Frans mengaku tinggal di daerah kantor walikota. Setelah dibawa
ngobrol, Frans menyadari kekhilafannya. Tapi, pelajar yang masih duduk
dibangku sekolah tingkat pertama ini, mengaku lokasi ini selalu
dipakainya sebagai tempat curhat dengan kekasihnya.
Wawan, anggota Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Kota Pekanbaru,
mengaku areal sepanjang Jalan Cut Nyak Dien, ini selalu menjadi tempat
para remaja berbuat mesum. Katanya, selain lokasinya gelap, juga
banyaknya penghijauan yang melindungi postur tubuh para sejali itu.
Kadang yang terlihat hanya kendaraannya saja. Pemiliknya bersembunyi di
dalam got kering yang terbilang besar untuk ukuran dua remaja.
Bahkan kata kata pria berbadan besar ini selalu menangkap aksi yang
dilakukan dua sejoli di belakang kantornya. Biasanya, mereka melakukan
penangkapan bila melewati batas ambang. Baik itu berbuat “esek-esek,
maupun melebihi pukul sepuluh malam. "Apalagi malam Minggu, di sepanjang
Jalan Cut Nyak Dien ini acap terlihat kendaraan roda dua parkir. Tapi
pemiliknya tidak terlihat," aku Wawan.
Nah, ketika jam malam sudah lewat, Wawan dan rekan-rekannya, tak
segan-segan menangkap aksi dua sejoli. Kata pria yang tinggal di daerah
Tanjung Rhu ini, bila sudah ketangkap, malam itu juga kedua orangtua
mereka dipanggil.
“Biasanya, kalau kedua sejoli tertangkap, orangtua mereka kami panggil.
Dan, tahulah apa yang terjadi. Tentu malu dan aib bagi keluarga,”
terangnya.
Areal Dua Pejantan Tangguh
Karena lokasi sekitar perkantoran walikota, banyak titik-titik yang
menarik, maka ada titik kedua, berada di samping perkantoran walikota
dengan Dinas Perkebunan Pekanbaru. Tapi, meski jalan ini terbilang
pendek, namun menjadikan “lahan seger” untuk melakukan nikmat sesaat.
Uniknya, lokasi ini khusus diciptakan sebagai ajang pertemuan dua
sejoli laki-laki versus pejantan.
Ya, disebut homoseksual lah. Alasan kawasan ini dijadikan sebagai lahan
dua bujang lapuk itu, karena lokasinya terbilang romantis. Dua sisi
jalan diteduhi dengan rindang pohon akasia yang sudah berumur belasan
tahun.
Hasil pantauan tim Satpol PP Pekanbaru, mengakui areal itu dijadikan
pertemuan dua kaum sejenis. Pengakuan Alfi, anggota Satpol PP, mereka
acap duduk di atas trotoar, di balik sebatang pohon. Biasanya, wajah
mereka tidak menghadap ke jalan. Ketika, diselidiki ternyata benar,
mereka dua pejantan tangguh, yang asyik indehoi. Aksi yang terlihat itu,
kata Alfis, tidak bisa berbuat banyak.
“Ya, areal ini sepertinya khusus untuk dua pejantan tangguh. Kami tak
bisa berbuat banyak, karena sulit, mereka dua-duanya laki-laki,” terang
Alfis.
Belum lagi nikmatnya sore ketika menjemput malam, terjadi saban hari di
kawasan stadion Rumbai Pesisir. Di bawah naungan pohon akasia yang
rindang, remaja yang berumur belasan tahun mendominasi jumlahnya
ketimbang orang dewasa. Lokasi ini menjadi dianggap “empuk” karena
dianggap kurangnya pihak keamanan yang melintasi kawasan ini.
"Kami memilih di kawasan Stadion Rumbai, ini karena tenang dan nyaman,
tak ada yang ganggu. Satpol PP pun jarang terlihat di sini,” terang
pelajar yang mengaku bernama Doni.
Aku Doni lagi, bukan saja pelajar yang asyik nongkrong di kawasan ini.
Tetapi, ia juga pernah bertemu dengan teman abangnya yang kuliah di
Rumbai. "Ketahuannya, karena kendaraan teman abang saya itu parkir di
bawah pohon. Saya kan hapal betul kendaraan yang digunakannya,” katanya.
Di kawasan jembatan baru Gobah, lain lagi ceritanya. Areal yang dulunya
terbilang rawan rampok ini justru sekarang sebagai lahan nyaman dan
tenang. Tak tanggung-tanggung, malam hari, selalu ramai oleh remaja dan
dewasa, sekedar singgah sejenak dengan istilah “Limbar”, yaitu lima
belas menit bubar. Lokasi gelap gulita, membuat “para penikmat seni
kelam” ini kian menjadi-jadi.
Pihak keamanan satpol PP sebenarnya sudah tahu, lokasi ini. Tapi, mereka
tak kan bergerak tanpa ada komando dari atasan. “Ya, memang lokasi yang
disebut Sungai Batak itu selalu ramai di malam hari, padahal dulunya
daerah ini rawan perompok,” kata Jhon, generasi senior di Satpol PP Kota
itu.
Suka di Tempat yang Gelap
Tempat terbuka untuk publik di Kota Pekanbaru ternyata banyak
disalahgunakan sebagian pelajar dan remaja sebagai tempat pacaran. Hal
ini sontak membuat masyarakat jadi resah. Jangan-jangan anak, adik atau
ponokan, pernah ke sana? Kecemasan ini wajar. Pasalnya, berbagai keluhan
warga terhadap adanya pelajar dan remaja yang sering mojok dan pacaran
di tempat publik itu tak peduli siang atau malam.
"Kita banyak mendapat pengaduan, baik itu keluhan maupan laporan dari
masyarakat jika di beberapa titik di Pekanbaru banyak dijadikan sebagai
tempat mojok atau pacaran oleh para remaja, mahasiswa maupun orang
dewasa,” kata Anas Aismana, Pengurus Lembaga Adat Melayu Riau (LAMR).
Secara tegas dia mengimbau para remaja yang kerap mojok atau pacaran itu
harus mendapat teguran tegas dari pihak yang terkait. Untuk itu,
lanjutnya, pihak terkait pun agar mengusahakan beberapa lokasi ruang
terbuka yang kerap digunakan warga untuk bersantai jangan dibiarkan
gelap.
"Beri penerangan, jadi setidaknya orang yang mau berbuat dosa pun bisa
berpikir. Lalu perbanyak imbauan di ruang terbuka yang menyerukan
larangan berbuat senonoh di muka umum," terangnya dan menambahkan,
seharusnya para remaja berdoa dan fokus belajar hadapi Ujian Nasional,
bukan berbuat dosa besar dengan tindakan tak senonoh. Di tempat umum
saja berani apalagi di tempat sepi," katanya.
Kasus serupa juga masih banyak ditemui beberapa titik lokasi di
Pekanbaru. Intinya lokasi itu butuh penerangan. Anehnya, aksi seperti
ini terjadi hanya di tempat umum yang gratis. Tapi, bagaimana dengan
kawasan dan sarana umum yang membayar. Ya… sama saja, karena adanya
pembelaan bagi konsumen dari pihak pengelola. Bila tindakan itu
dilakukan beberapa tempat umum yang butuh merogoh kocek, tentu akan
menurun pendapatannya. Jadi pilih yang mana? Kita kembalikan ke hati.*
Tidak ada komentar:
Posting Komentar